Penjelasan tentang Pembaptisan
Artikel ini membahas ajaran Mor Dionysius Bar Salibi mengenai pembaptisan dalam tradisi Gereja Syriak Ortodoks. Dulu, banyak orang menunda pembaptisan karena takut kehilangan rahmat setelah berdosa. Namun, para Bapa Gereja seperti Athanasius, Basilius, dan Gregorius mendorong agar pembaptisan dilakukan sejak bayi, dengan alasan bahwa setiap waktu adalah waktu yang tepat untuk menerima rahmat Tuhan. Artikel ini juga mengutip ajaran Basilius yang Agung, yang menjelaskan bahwa meskipun bayi atau anak-anak tidak mengerti makna pembaptisan, mereka tetap menerima Roh Kudus melalui iman orang tua atau wali baptis mereka.
BAHASA INDONESIA


Mor Dionysius Bar Salibi
Penjelasan Tentang Pembaptisan
Mengapa dahulu orang-orang dibaptis pada usia sekitar 30 tahun, sementara kemudian para pemimpin gereja memutuskan agar pembaptisan dilakukan pada usia anak-anak?
Pada zaman dahulu, banyak orang yang menunda pembaptisan karena mereka khawatir bahwa jika mereka berdosa setelah dibaptis, maka rahmat yang diberikan dalam pembaptisan itu akan hilang. Namun, ada juga sebagian orang yang memilih untuk tidak dibaptis sama sekali, agar mereka bisa terus hidup dalam dosa, mengikuti keinginan, kelalaian, dan nafsu selama hidup mereka. Selain itu, bagi sebagian orang, pembaptisan dianggap sebagai sesuatu yang tersembunyi dan tidak penting.
Ketika Athanasius, Basilius, dan Gregorius (dari Nazianzus) melihat praktik-praktik buruk ini, mereka menyadari bahwa banyak orang meninggal tanpa dibaptis. Beberapa di antaranya meninggal saat masih kanak-kanak, sementara yang lain tidak menemukan seseorang yang bisa membaptis mereka. Oleh karena itu, mereka sangat mendorong umat Kristen untuk segera dibaptis. Mereka mengajarkan bahwa setiap waktu adalah waktu yang tepat untuk dibaptis, dan kita tidak boleh menunggu hingga dewasa karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Sejak saat itu, gereja memutuskan bahwa pembaptisan sebaiknya dilakukan sejak bayi, bahkan sejak usia sangat muda.
Namun, banyak orang yang meragukan hal ini dan bertanya, "Bagaimana mungkin seorang anak bisa memahami arti dari pembaptisan?" Dan bagaimana mungkin orang tua baptis bisa mewakili anak yang belum bisa mengerti semua itu? Karena anak-anak tidak sadar akan pengakuan dosa atau penyangkalan yang terjadi dalam pembaptisan. Untuk menjawab keraguan ini, kita mengutip pendapat Basilius yang Agung. Ia menulis bahwa meskipun anak-anak dan bayi tidak mengerti apa yang terjadi dalam pembaptisan, mereka tetap menerima Roh Kudus melalui iman orang tua mereka. Meskipun mereka tidak memiliki pemahaman atau pengetahuan, melalui iman orang tua atau orang yang mewakili mereka, pembaptisan tetap dianggap sah.
Andre Akijuwen, Jr., M.Pd (cad)